Penduduk surga juga remaja





Bicara tentang keremajaan berarti bicara tentang hal yang bisa dibilang cukup rumit. Kaum tua, misalnya. Banyak yang mengungkapkan bagaimana lagi harus memahami dan menyikapi keremajaan. Padahal bukankah mereka pernah remaja? Atau jangan-jangan mereka langsung tua. Lahir dalam keadaan berjanggut dan langsung berotak dewasa. Lah lah, kok ya ngawurnya kelewat. Bahkan sebagian kaum remaja pun ada yang mengungkapkan tak cukup paham dengan fase yang sedang dialaminya. Hingga ada ungkapan ‘Masa yang paling indah adalah masa remaja, masa yang paling menyaedihkan adalah masa remaja, masa yang paling ingin dikenang adalah masa remaja, masa yang paling ingin dilupakan adalah masa remaja.’ Kalimat semacam ini mungkin bisa diurai dengan mudah lewat sintaksis. Tapi sungguh menjadi hal yang rumit untuk  dinalar. Tentu, bagaimana mungkin dua hal yang bertolak dapat bersatu? Entahlah, aku sendiri adalah seorang remaja yang tak cukup paham dengan fase remaja yang sedang aku alami. Untuk membuang kebingunganku ini ahirnya aku putuskan untuk sesekali iseng  membaca tentang dunia keremajaan menurut sudut pandang psikologi. Pendidikan yang aku bilang pendidikan sok tahu. Well, ada yang merasa keberatan? Psikolog-psikolog? Kalian tentu paham, remaja memang suka berpendapat semaunya. Termasuk aku. Tapi aku serius kalau aku bilang psikologi sok tahu. Ya, tapi ke-soktahu-an itu yang justru membuatku tertarik untuk mengerti bagaimana sih keremajaan menurut psikologi.
Para pakar psikolog, berbeda pendapat tentang kapan itu masa remaja. Ada yang berpendapat remaja itu jatuh pada masa 12-18 tahun. Ini menurut pendapat Hurlock (1981). Sedang yang lain berpendapat 12-21 tahun, yaitu Monks, dkk(2000). Berbeda lagi menurut Stanley Hell, ia berpendapat bahwa masa remaja jatuh pada usia 12-23 tahun(2003). Wah wah, benar kan aku bilang. Ke-soktahu-an para pakar tak kalah hebatnya dengan keributan berebut penetapan satu syawal. Tapi kalau kita lihat, perbedaan para pakar tentang kapan masa remaja hanyalah terdapat pada ahir dari masa remaja. Sedangkan  awal dari masa remaja semua berpendapat sama. Ya, mungkin yang terjadi adalah berbedanya objek penelitian mereka di masa yang tak juga sama. Stanley Hell mengemukakan statemen pada awal abad 20 bahwasanya masa remaja adalah masa yang penuh dengan masalah. Aku jadi berprasangka buruk kepada remaja-remaja awal abad 20-an. Karena nyatanya statemen macam ini memang muncul kali pertama pada awal abad 20. Kalau saja remaja memang masa-masa yang penuh dengan masalah, kenapa statemen macam ini tak muncul sejak dulu? Jangan-jangan kaum tua yang sering berbusa-busa mulutnya berbicara tentang kenakalan remaja adalah para pencetus permasalahan pada fase remaja di awal abad 20-an dulu.
Masalah usia biar jadi perdebatan para psikolog. Tak penting! Yang jelas, masa remaja adalah masa dimana terjadi proses pencarian jati diri. Dan dalam pada ini, proses pencarian jati diri, acapkali remaja bertentangan dengan kaum tua karena perbedaan pendapat tentang metode dan keinginan dalam membentuk jati diri yang utuh. Masa remaja adalah masa yang segalanya ingin diketahui bagaimana rasanya. Remaja sendiri tidak memiliki tempat yang khusus. Karena remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Untuk disebut anak-anak remaja sudah beranjak meninggalkanya, untuk pula disebut  dewasa remaja masih berusaha untuk menapakkan kaki dengan benar. Sehingga pada diri remaja sendiri sering terjadi pergulatan dua sisi, pertentangan dua kutub. Ringkasnya, pada masa remaja, permasalahan yang muncul kemungkinan bisa dikerucutkan macam seperti ini:
1.      Terjadinya kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan gerak akibat kejiwaan yang tak stabil
2.      Terjadinya ketidakstabilan emosi akibat kurangnya kemampuan pengendalian emosi
3.      Adanya perasaan kosong akibat terjadinya perombakan pandangan dan petunjuk hidup.
4.      Adanya sikap menentang kaum tua akibat perbedaan sudut pandang
5.      Terjadi pertentangan dalam diri remaja akibat banyaknya stimulus yang merangsangnya
6.      Terjadi kegelisahan pada diri remaja untuk memenuhi segala apa yang diinginkannya
7.      Senang mencoba hal-hal baru
8.      Memiliki banyak mimpi, fantasi, hayalan, angan, cita-cita dan lain sebagainya
9.      Senang mengembangkan hal-hal yang menurut diri remaja adalah hal yang mengasyikkan
10.  Cenderung membentuk komunitas yang eksklusif
Sedikit tak nyambung bila aku tiba-tiba teringat ayat al-qur’an. Kalau tidak salah begini artinya:
“Allah, dialah yang menciptakan  kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan kamu setelah lemah itu kuat, kemudian Dia menjadikan kamu setelah kuat itu lemah (kembali) dan berubah. Dia menciptakan apa yang di kehendakiNya. Dan Dialah yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (QS. Ar-rum:54)
Dan aku rasa-rasa aku merasa kuat dimasa remajaku ini. Mungkin masa ketika Tuhan menjadikan kita kuat itu adalah masa remaja. Dan masa lemah kembali adalah masa tua. Ya, aku lihat embahku sudah tak sebugar dulu. Beliau juga sering mengungkapkan bahwasanya masa remaja adalah masa kuat-kuatnya beliau.
Dengan ayat ini pula aku jadi yakin bahwa masalah keremajaan tidak muncul di awal abad 20-an. Karena masalah keremajaan sudah disebutkan jauh-jauh hari dalam qur’an dan mungkin juga pada kitab-kitab lain nabi sebelum Muhammad. Jadi, maafkan aku kaum tua yang sempat berburuk sangka pada kalian.
            Kalau begitu, biarkan aku ambil kesimpulan. Berarti masa remaja adalah masa yang istimewa. Ya, benar. Karena hanya pada masa remajalah seorang manusia mampu melakukan segala  apa yang diinginkannya dengan apa yang ia miliki. Yakni, kekuatan dan kemauan. Kekuatan dan kemauan adalah pokok motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu. O, pantas saja jika sering aku dengar syair ‘andaikan masa muda datang lagi kepadaku, akan aku serahkan apa yang aku miliki barang untuk menukarnya dengan satu hari masa mudaku’. Dan jika ini dihubungkan dengan ayat Allah tentang waktu, yang banyak Ia bersumpah dengan waktu dalam qur’an, kita tidaklah boleh menyia-nyiakan masa dimana kita masih kuat. Dapat diambil kesimpulan lagi, masa muda adalah penentu bagaimana kelak kita di hari tua. Kalau begitu jadikan masa muda atau remaja ini aji mumpung untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat. Apa mau jika di masa tua kita bersedih karena tak ada satu hal pun yang kita persembahkan untuk hidup kita sendiri?
Bagi kalian yang sudah mau membaca dari atas sampai pada huruf-huruf ini, aku tiba-tiba ingin berpetuah kepada kalian.
“Lakukanlah hal-hal positif tanpa kita menyiksa diri sebagai remaja. Jika kita menyukai berkomunitas ikutlah organisasi-organisasi untuk melatih sosial kita. Bentuk perkumpulan-perkumpulan yang menyenangkan tanpa perlu membuat masyarakat resah. Tetapi seharusnya justru dianggap sebagai bagian dari masyarakat sendiri. Komunitas membaca, menulis, sosial atau masih banyak lagi contoh komunitas diluar sana yang beraksi dalam hal positif. Atau suka mengembangkan hal-hal yang menurut kita asyik. Kembangkan bakat yang kita miliki dengan senang hati tanpa paksaan. Lakukan apa yang kita inginkan, kembangkan apa yang kita bisa. So, jalani hidup ini berdasar pilihan kita sendiri untuk menentukan masa tua kita kelak dimana kita bukan lagi remaja yang punya banyak kesempatan dan kekuatan lebih. Sebagai remaja kita juga selalu memiliki rasa ingin tahu terhadap hal-hal baru. Pupuk terus rasa itu ke arah yang positif. Atau paling tidak kita punya banyak mimpi tentang hari esok. Bagaimana kedepan dan selanjutnya sudah kita angan-angankan sejak dini. Itu semua, yang aku sebut barusan, masalah remaja bukan? Bisa kok kita arahkan ke yang positif.”

O, iya. Penduduk surga juga muda-muda lo, mereka juga remaja. Istimewa!

Syahdan Asmara
Remaja yang kacau

0 komentar:

Posting Komentar