Fitnah Cinta Dan Perbedaan (bag. 3/3)


sebelumnya ..

Dua pemuda itu langsung saja memukuli Ahyar sekenanya. Di perut, di wajah, bahkan kaki mereka juga ikut menendangnya. Ahyar tak kuasa melawan mereka. Setelah babak belur dan pingsan, ia ditinggal begitu saja.
***
Sedangkan Firman terus saja menyeret Azkya, Azkya tak sanggup melawan. Sampai di bawah lereng  Firman bertemu pemuda pemuda NU, langsung saja ia menghasut pemuda pemuda NU itu.
“Hey, pemuda-pemuda NU, kalian tau? Putra Kyai Ma’shum sudah lancangnya mengajak Neng Azkya berduaan di bawah lereng sebelah sana.” Kata Firman sambil menunjuk ke arah tempat pertemuan Ahyar dan Azkya. Pemuda-pemuda itu hanya diam.
“Dan aku yakin sekarang dia sudah dipukuli oleh santri-santri Kyai Dahlan.” Firman melanjutkan. Betapa geramnya mereka mendengar itu semua. Tapi mereka hanya diam. Firman mengerdipkan mata ke salah satu pemuda-pemuda itu. Seorang pemuda itu langsung angkat bicara.
“Teman-teman, sudah terlalu lama kita diam. Kita sudah sering dihina oleh mereka, dan kita selalu diam. Tapi kali ini apa kita juga harus diam kalau ternyata kita tahu seorang putra Kyai kita telah dipukuli dengan semena-mena oleh orang-orang itu?”
Firman lantas ngeluyur begitu saja.
Sementara, para pemuda-pemuda NU yang lain bingung mendengar apa yang dikatakan oleh salah seorang dari mereka. Mereka saling bertanya-tanya, apakah yang harus mereka lakukan.
“Kita harus bertindak, teman!” Pemuda itu melanjutkan.
“Apa yang harus kita lakukan?”
“Bila mereka memberi satu pukulan, apakah berdosa jika kita juga membalas satu pukulan?”
Mereka masih diam.
“Tentu saja tidak, kawan!”
Mereka mengangguk-ngangguk paham.
“Sekarang ayo kita hadang orang-orang yang sudah memukuli Gus Ahyar! Yang sebagian lagi, nanti menjemput Gus Ahyar.”
“Baik!” Sahut mereka hampir serempak.
Oh, lihatlah pemuda itu, ia seolah menjadi pahlawan di tengah-tengah kaum yang tertindas. Tapi sungguh mereka takkan tahu apa yang akan terjadi.
***
Saat sadar mulai menyentuh Ahyar perlahan, ia mendengar suara gaduh, suara saling mengumpat satu dengan yang lain. Ia mencoba duduk, mengamati apa yang sebenarnya terjadi.
Ia terkejut melihat pemandangan yang mengerikan baginya, ia lihat dua kubu yang saling bentrok, yang saling pukul dan saling melempar batu satu sama lain. Yang membuatnya tercengang adalah dua kubu tersebut adalah antara pemuda NU dan Muhammadiyah. Ia lihat Fahri berada di tengah-tengah bentrokan tersebut, mencoba melerai bentrokan. Namun begitu melihat Ahyar sudah sadar, ia langsung berlari ke arah Ahyar.
“Ada apa ini, Fahri? Kenapa mereka saling bertikai?”
“Aku sendiri tak begitu tahu, Gus. Tapi kalau aku tanya Rahman, katanya, tadi mereka menghadang dua pemuda yang memukulimu. Begitu dua  pemuda itu sudah datang, mereka langsung mengeroyoknya. Baru sebentar mereka mengeroyok, tiba-tiba saja banyak sekali pemuda Muhammadiyah lain yang datang. Dan secepat itu pula pemuda-pemuda NU juga datang, akhirnya mereka pun bentrok.”
“Aku yakin ada yang menghasut mereka, aku harus sadarkan mereka semua. Tak seharusnya sesama muslim begini.”
Ahyar berlari ke tengah-tengah bentrokan, ia berteriak. Maksud hati ingin melerai, namun malang, ada saja jiwa-jiwa yang tak bernurani yang sengaja melemparinya dengan batu, bahkan ada yang menebas kakinya dengan pedang. Belum cukup, ada belati yang tiba tiba menancap di perutnya. Ia pun bertumpu dengan lututnya. Tiba-tiba Azkya datang dan langsung memeluk Ahyar. Azkya menangis.
“ Maaaas…”
“Dek..”
“Mas, bertahanlah!”
“Maafkan aku, Dek. Sampaikan salamku pada Abah dan Umi.”
“Maaas…”
Ahyar memuntahkan darah, ia tak sanggup lagi menghirup napas. Napasnya berhenti, setelah hatinya berserah kepada Allah. Setelah jiwa Ahyar pergi, pertikaian pun berhenti. Mereka yang bertikai bingung. Apa sampai begitunya mereka bertikai  sebagai sesama muslim?
***
Tak jauh dari situ, ada tiga orang di dalam mobil yang tengah merayakan kemenangan mereka. Yang satu mencoba melepas busana muslim yang ia kenakan.
“Bagus, kalian berdua berhasil!” Kata salah seorang yang memakai kalung berbandulkan bintang daud.
“Setelah ini, video bentrok mereka akan kita sebarkan lewat berbagai media, dan tentu akan menghancurkan umat Islam.” Lanjut orang itu.
“Tapi kau yakin aku tidak terekam di dalamnya?” Tanya orang yang tadi berperan

0 komentar:

Posting Komentar